Bersikap jujur, berani mengambil risiko ditunjang pula dengan
kreatifitas di pertanian, Udin Mac sukses di usaha pertanian dan
penggilingan padi.
Udin Mac pada awalnya tidaklah ahli di bidang pertanian. Ia hanya
tamatan STM jurusan bangunan, namun keinginannya pandai bercocok tanam
begitu tinggi sehingga keahliannya dalam membuat meubel ditinggalkannya.
Ia lebih memilih bercocok tanam.
"Awalnya saya pengrajin kayu, membuat kursi, bangku, meja dan lemari
dari kayu dengan modal Rp300 ribu dan sempat mempekerjakan sebanyak 16
tukang, juga pernah kerja di proyek membuat jembatan, namun keinginan
tetap bertani," kata Udin menceritakan tentang pengalaman bekerja sejak
masih muda.
Meninggalkan perkerjaan sebagai pengrajin kayu, Udin mencoba bercocok
tanam cabe diatas lahan ¾ hektare miliknya sendiri di Desa Pasar Awi,
Kampung Cibogo. Enam bulan lamanya ia menanam cabe hasilnya kurang
memuaskan, hampir seluruh cabe yang siap panen musnah karena diterpa
banjir, sehingga modal yang dimiliki habis.
Udin mencoba kembali berkecimpung di kayu, tetapi lagi-lagi usaha itu
kurang disukainya, dan saat ia menganggur selama dua bulan, tersirat
dalam benaknya menjadi penjual dan pembeli gabah dan beras pada Tahun
2004.
Usaha jual beli beras cukup menarik bagi Udin, namun bercocok tanam
tetap digeluti bahkan ragamnya ditambah tidak hanya cabe, tetapi juga
tanam timun dan cesin.
"Saya tetap optimistis bertani akan menghasilkan uang jika dikelola
dengan baik, karena selain pengaruh penyakit dan hama, faktor tanah juga
berpengaruh, sehingga perlu tahu komposisi campuran bahan yang
dibutuhkan untuk tanah bagi sesuatu tanaman," kata Ayah dari empat anak
hasil buah perkawinannya dengan Nurhasanah ini.
Udin Mac walaupun pendidikannya bukan di pertanian, tetapi dengan
seringnya ia membaca Majalah Trubus, dan tidak kenal lelahnya melakukan
kreatifitas percobaan-percobaan terhadap struktur tanah, maka iapun
mampu menghasilkan cabe atau sayuran berkualitas.
"Sebenarnya tidak ada tanah yang jelek, walaupun tanah itu berwarna
merah, tetapi kalau kita tahu bahwa tanah itu masih kekurangan pupuk
kandang atau kurang unsur-unsur lainnya, kemudian dicampur dengan
unsur-unsur yang dimaksud maka tanaman dapat tumbuh ditanah tersebut,"
kata anak dari pasangan H Muhamin Ace (alm) dan Hj Icih ini mengisahkan
kenapa ia mampu memelihara cabe atau tomat.
Setelah berhasil di pertanian dan jual beli gabah atau beras, Udin
berhasrat memiliki tempat penggilingan padi agar gabah yang dibeli dari
petani dapat diolah sendiri menjadi beras.
Dari keuntungan yang diperoleh dari panen cabe dan jual beli gabah,
digunakan Udin untuk membangun tempat penggilingan padi pada Tahun
2009.
Menambah biaya operasional ia memberanikan diri meminjam ke BRI
Syariah sebesar Rp50 juta, tetapi hanya digolkan Rp25 juta, yang
kemudian hanya bisa digunakan untuk beli gabah.
Cicilan lunas selama satu tahun, Udin meminjam lagi Rp70 juta, dan
BRI Syariah mengabulkannya karena Udin mematuhi perjanjian. Uang
sebesar itu kemudian digunakan untuk membangun tempat penggilingan
padi, sisanya digunakan untuk menanam cabe atau sayuran lainnya.
Dengan luas 1.300 meter persegi, tempat penggilang padi dilengkapi
dengan tiga unit tractor dan satu unit pompa, dan mempekerjakan 12 orang
yang semuanya pekerja harian yang diupah sesuai dengan jerih payahnya,
Udin tidak hanya mengolah gabah petani menjadi beras, tapi juga
membelinya untuk kemudian dijual ke Jakarta dan Serang.
Udin pandai memanfaatkan 12 orang pekerjanya. Jika penggilingan padi
tidak berjalan karena paceklik, maka dialihkan untuk membantu usaha
tanaman, sehingga tidak ada satu karyawannya yang menganggur.
Udin memiliki sekitar 80 petani binaan. Seluruh petani tersebut
diberinya benih padi secara gratis, dan ia juga menyediakan pupuk yang
bisa dibayar setelah panen. Udin juga bersedia menampung hasil panen
berupa gabah dari 80 petani tersebut.
"Jadi petani di sini tidak kesulitan menjual gabahnya, karena
berapapun jumlahnya saya siap membelinya, dan kemudian saya menjual ke
pasar setelah menjadi beras," kata Udin dari hasil usahanya tersebut
mampu membeli satu unit mobil Xenia dan satu unit mobil vios serta satu
unit mobil bak terbuka untuk kegiatan usaha.
Walaupun sudah makmur, Udin yang suka membaca majalah Trubus ini
masih bercita-cita ingin mengembangkan usahanya, bahkan berobsesi ingin
membuat "Desa Cabe", di tempat ia berusaha.
"Saya ingin membantu masyarakat di sini yang mempunyai tanah tapi
tidak bisa mengolahnya, termasuk juga warga yang masih menganggur untuk
diajak bertani dengan ramai-ramai menanam cabe," kata Udin Mac. (as/ant)
Sumber : http://www.ciputraentrepreneurship.com/agrobisnis/jujur-berani-dan-kreatif-kunci-sukses-udin-di-pertanian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar